Obat Berbasis Teknologi CRISPR: Masa Depan Pengobatan Genetik
Ilham Rahmanto, Ardelia Bertha Prastika, dan Salsabila Farah Rafidah adalah tiga mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang mereferensikan untuk mengasahkan ide-ide kreatif mereka dalam mengendalikan metode diagnosis yang baru dalam keterampilan tersebut.
Teknologi CRISPR, yang dikenal sebagai CRISPR-Cas9, adalah mekanisme perlindungan gen yang berkembang. CRISPR merupakan sistem pengeditan genom yang diterima oleh bakteri satu-satunya dengan cara yang tepat untuk melawan kandungan DNA asing terhadap virus dan plasmid. CRISPR terdiri dari dua komponen utama — panduan RNA yang cocok dengan gen yang ingin ditargetkan, dan protein 9 atau Cas9 yang memotongnya.
Proses penggabungan gen CRISPR dimulai pada tahun 1987 oleh Yoshizumi Ishino terhadap bakteri E. coli. Namun, pada tahun 2000, proses CRISPR telah mengidentifikasi atau meminta penggunaan gen obat yang benar-benar tepat bersama dengan istilah SRSR atau Short Regularly Spaced Repeats.
Ketika proses CRISPR benar-benar tidak satu-satunya, penggunaan gen obat-obatan benar-benar tepat untuk meluncurkan dan kembali obat-obatan tersebut. Jennifer Doudna dan Emmanuelle Charpentier memenangkan Hadiah Nobel pada tahun 2020 dengan menggunakan teknologi tersebut.
Dengan menggunakan teknologi ini, para ilmuwan dapat memodifikasi kode genetik dalam sel atau tanaman. Tujuannya adalah untuk menciptakan tanaman dan hewan baru yang memiliki sifat-sifat khusus, termasuk kemampuan untuk melawan penyakit atau menghasilkan daging dan produk-produk lain yang berkualitas lebih tinggi.
Teknik ini memungkinkan para ilmuwan untuk mengedit genom pada tingkat yang tidak mungkin dilakukan dengan teknik yang ada saat ini, yang melibatkan penghilangan dan penggantian seluruh bagian DNA. Teknik ini juga dapat digunakan untuk membuat tanaman dan hewan lebih tahan terhadap penyakit, dan bahkan mengubah perilaku atau penampilan mereka.
CRISPR dapat digunakan untuk mengobati penyakit seperti kanker, Parkinson, Alzheimer, dan malaria. CRISPR juga dapat digunakan untuk mengembangkan vaksin dan obat-obatan lainnya, atau untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
Teknologi CRISPR berpotensi menjadi alat yang ampuh untuk memerangi kemiskinan dan kelaparan global. Teknologi ini dapat membantu meningkatkan produksi pangan di negara-negara berkembang dengan memungkinkan petani untuk mengembangbiakkan tanaman yang lebih tahan terhadap hama dan penyakit, atau dengan menciptakan tanaman yang lebih bergizi. Selain itu, teknologi ini juga dapat digunakan untuk memerangi penyakit menular, seperti Ebola dan HIV.
Selain menjadi alat penting untuk memerangi masalah global, teknologi CRISPR berpotensi mengubah layanan kesehatan di Indonesia dengan menyediakan layanan pengobatan dan diagnostik berbiaya rendah. Teknologi ini dapat digunakan untuk mengobati orang yang menderita kondisi kompleks, seperti multiple sclerosis dan kanker, dengan menargetkan lokasi yang tepat di dalam tubuh tempat kondisi tersebut terjadi. Ini akan mengurangi waktu dan biaya diagnosis dan pengobatan, dan meningkatkan kualitas perawatan bagi pasien. Teknologi ini juga akan berguna dalam mengembangkan obat baru yang dapat menargetkan protein dan gen spesifik yang terlibat dalam perkembangan penyakit. Ini juga akan berguna dalam mengobati penyakit menular yang sulit diobati dengan obat-obatan yang ada, seperti tuberkulosis dan HIV. Dengan mengurangi jumlah pasien yang meninggal karena penyakit ini, teknologi CRISPR dapat membebaskan sumber daya yang dapat digunakan untuk memberikan perawatan kepada lebih banyak orang.