Perkembangan Terbaru Seputar Obat-Obatan

Pencipta obat-obatan tersebut merupakan bagian dari penyelidikannya bahwa kita mengangkat tanggung jawab untuk keamanan dan kesehatan yang menjadi krisis. Perkembangan obat-obatan tersebut, kata Elin Herlina, Direktur Farmasi BPOM, berarti pada sektor obat tersebut telah membatalkan tindakan yang berbeda-beda di ketidaksepsi, tetapi jumlah bahan-bahan obat yang sudah mendapat konsep yang mengenal berbagai perubahan pada krisis.

Luthfi Mardiansyah, Ketua Ketua Umum IPMG, berkata, obat yang menjadi obat inovatif saat ini adalah obat paten dan bukan obat generik. “Obat paten adalah obat baru yang dirilis karena inovasi yang berbasis pada pekerjaan klinik atau apotek, bukan obat generik,” katanya.

Elin menghubungi Syahril, seorang eksekutif direktur perusahaan obat-obatan BPOM, tentang segala kematian dari obat-obatan yang diperlukan dalam penerimaan obat untuk produksi. Dia mengatakan, kematian yang muncul akibat obat-obatan tersebut menjadi kesempatan untuk membuat industri farmasi tepat. “Pasien berhak melayani dengan obat-obatan yang bermutu, tepat, dan berkhasiat,” katanya.

Syahril menambahkan jumlah kematian anak yang berada disekitar obat-obatan tersebut, dengan hampir 70 anak yang dibuang di Gambia karena gagal ginjal. “Sementara itu, jumlah kematian di fasilitas kesehatan kami adalah empat obat batuk sirup buatan India yang ditemukan oleh perusahaan obat-obatan ini,” katanya.

BPOM juga menyusun tindakan untuk melihat jumlah obat cair atau sirup yang mempunyai penggantian obat masing-masing di apotek, toko obat, dan kebutuhan penggunaan obat. “Kami menjalin kerjasama dengan kebutuhan obat-obatan yang lebih baik untuk para dokter, keberhasilan, dan kapasitas obat-obatan untuk memberikan kemudahan kesehatan yang baik bagi masyarakat,” katanya.

“Mereka tidak akan membawa obat-obatan yang sudah menjadi obat baru, namun kami tidak meminta kebijakan untuk membawa obat-obatan ini pada keluarnya,” katanya.

Syahril berkata, telah meminta kasus obat tersebut sebagai obat keberangkatan yang kebetulan, menangani skala yang lebih tinggi dengan berbagai perubahan kuat pada krisis yang tidak ditemukan.

Aryanthi Baramuli, jurnalis, Jakarta, Indonesia. – ed.
Posted in Berita, obat-obatan. Tandai tautan permanennya.
Penulis, Aryanthi Baramuli adalah jurnalis senior dari Jakarta, Indonesia. Ia menulis tentang berbagai topik, mulai dari kesehatan perempuan hingga makanan dan gizi, dan merupakan kontributor tetap The Jakarta Post. Ia memiliki hasrat untuk keadilan sosial dan percaya bahwa Jurnalisme yang baik harus memberi informasi, melibatkan, dan menginspirasi orang. Dia telah menjadi jurnalis selama lebih dari 10 tahun, dan di waktu luangnya, dia senang melukis, bepergian, dan menghabiskan waktu bersama keluarganya.

Artikel ini direproduksi dari situs web The Jakarta Posting dengan izin. Untuk artikel lainnya seperti ini, kunjungi www.jakartapost.com. Hak cipta 2017 The Jakarta Post. Semua hak dilindungi undang-undang.

Materi ini dimiliki dan dikelola oleh The Jakarta Post, dan tidak dimaksudkan sebagai pengganti perawatan medis profesional. atau nasihat. Selalu mintalah nasihat dari dokter atau penyedia layanan kesehatan lain yang berkualifikasi jika Anda memiliki pertanyaan tentang kondisi medis. Jangan pernah mengabaikan nasihat medis profesional atau menunda mencarinya karena sesuatu yang telah Anda baca di situs ini. The Jakarta Post tidak tidak mendukung produk atau layanan tertentu. Konten ini hanya untuk informasi umum.

Perkembangan Obat di Dunia Farmasi

Industri farmasi telah mengalami perkembangan pesat selama beberapa dekade terakhir, didorong oleh inovasi teknologi, penelitian ilmiah yang mendalam, serta kebutuhan masyarakat akan solusi kesehatan yang lebih efektif. Dari obat-obatan tradisional yang berasal dari bahan alami hingga pengembangan terapi berbasis bioteknologi, perjalanan dunia farmasi mencerminkan upaya manusia untuk mengatasi berbagai tantangan kesehatan.

Awal Mula Penggunaan Obat

Sejarah pengobatan dimulai dari penggunaan bahan alami seperti tanaman, mineral, dan hewan. Misalnya, masyarakat Mesir kuno menggunakan tanaman seperti lidah buaya dan bawang putih untuk mengobati luka dan infeksi. Di Asia, pengobatan tradisional Cina dan Ayurveda dari India juga memainkan peran penting dalam membangun dasar ilmu farmasi modern.

Penemuan besar pertama dalam dunia farmasi adalah aspirin, yang dikembangkan pada akhir abad ke-19 dari senyawa kimia yang ditemukan dalam kulit pohon willow. Aspirin menjadi tonggak penting karena membuka jalan bagi obat-obatan berbasis sintetik yang lebih mudah diproduksi dan dikontrol dosisnya.

Era Modern Farmasi

Perkembangan teknologi pada abad ke-20 mengubah wajah farmasi secara drastis. Penemuan penisilin oleh Alexander Fleming pada tahun 1928 menandai awal dari era antibiotik. Penisilin tidak hanya menyelamatkan jutaan nyawa, tetapi juga memacu penelitian untuk menemukan antibiotik lain yang dapat melawan berbagai jenis infeksi bakteri.

Selain antibiotik, vaksin menjadi salah satu pencapaian terbesar dalam bidang farmasi. Vaksin untuk penyakit seperti polio, campak, dan hepatitis B telah mengurangi angka kematian secara signifikan dan membantu memberantas beberapa penyakit mematikan.

Pada paruh kedua abad ke-20, industri farmasi mulai mengeksplorasi pengobatan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, dan kanker. Insulin, yang awalnya diisolasi dari pankreas hewan, kemudian diproduksi secara massal melalui teknologi rekayasa genetika. Obat-obatan lain seperti beta-blocker, statin, dan kemoterapi terus dikembangkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

Revolusi Bioteknologi dan Farmasi Modern

Memasuki abad ke-21, bioteknologi menjadi ujung tombak inovasi farmasi. Terapi berbasis gen dan sel telah membuka peluang baru untuk mengobati penyakit yang sebelumnya dianggap tidak dapat disembuhkan. Contohnya adalah terapi CAR-T, yang memanfaatkan sel imun pasien untuk menyerang kanker.

Selain itu, pengembangan obat berbasis molekul kecil dan biologis semakin canggih berkat kemajuan dalam analisis genomik dan teknologi komputasi. Dengan adanya kecerdasan buatan (AI), para ilmuwan dapat memprediksi struktur molekul dan interaksi obat dengan targetnya secara lebih efisien, sehingga mempercepat proses penemuan obat.

Tantangan dan Masa Depan

Meski telah mencapai banyak kemajuan, industri farmasi menghadapi sejumlah tantangan. Resistansi antibiotik, misalnya, menjadi ancaman serius yang membutuhkan penelitian dan pengembangan antibiotik baru. Selain itu, biaya tinggi untuk penelitian dan pengembangan sering kali membuat harga obat menjadi mahal, membatasi akses masyarakat terhadap pengobatan yang mereka butuhkan.

Ke depan, personalisasi pengobatan menjadi salah satu fokus utama. Dengan memahami profil genetik individu, obat-obatan dapat dirancang untuk memberikan hasil yang optimal bagi masing-masing pasien. Selain itu, pengembangan obat-obatan berbasis nanoteknologi diharapkan dapat meningkatkan efikasi dan mengurangi efek samping.

Industri farmasi terus berkembang seiring dengan kebutuhan manusia yang semakin kompleks. Dengan kolaborasi antara ilmuwan, pemerintah, dan sektor swasta, masa depan pengobatan yang lebih efektif, aman, dan terjangkau menjadi semakin dekat untuk diwujudkan.